Rabu, 20 September 2017

Mengapa ada ketidakharmonisan antara TKI dan Pengguna jasa TKI?

Data terbaru yang peroleh dari website KDEI dalam website www.simpati.kdei-taipei.org, ditemukan fakta bahwa TKI memiliki aduan paling banyak adalah TKI tidak harmonis dengan pengguna dan pengaduan nomor dua adalah pekerjaan tidak sama dengan PK.

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi seorang pekerja tidak harmonis dengan penggunan namun hal ini perlu digaris bawahi bahwa faktor-faktor ini semua adalah penulis analisis berdasarkan data dilapangan :

1.      Perbedaan budaya, bahasa dan latar belakang kepribadian
Kemampuan mengeluarkan pemikiran bisa dilakukan dengan komunikasi verbal, namun jika yang terjadi adalah perbedaan bahasa. Bayangkan jika pengguna menyuruh kita melakukan sesuatu tapi TKI tidak paham apa yang harus dilakukan ini akan memunculkan konflik. Kemudian masalah kebudayaan dan kebiasaan pengguna adalah berbica dengan menggunakan nada yang penuh dengan hentakan (bahasa mandarin mempunyai 5 nada, beda nada beda arti), sedangkan kebiasaan dan kebudayaan TKI adalah bertutur kata yang halus dan lembut serta hanya memiliki satu nada dalam berbicara sehingga anggapan TKI pengguna sedang membentak dirinya padahal memang begitu cara dan kebiasaan mereka berkomunikasi. Belum lagi masalah kebudayaan soal kuliner. Kalau keduanya tidak menyadari adanya perbedaan ini, konflik akan terus terjadi yang mengakibatkan tidak harmonisan antara TKI dan penggunanya.

2.      Persepsi TKI adalah seseorang yang penurut pada penggunanya (majikan)
Dari sisi TKI, persepsi inilah yang akan membuat TKI merasa harus bisa menerima semua prilaku yang diberikan oleh pengguna. Kemudian dari sisi pengguna, persepsi inilah yang dapat memicu pemberian tugas yang tidak wajar dan tidak ada sisi kekeluarga yang dimunculkan dalam membina hubungan antara TKI dan penggunanya. Jadi TKI akan memerima semua tugas yang diberikan pengguna hanya mengeluh dalam hati tanpa mau mengkomunikasikannya dengan pengguna sedangkan pengguna merasa telah membayar TKI dan TKI tidak memberikan respon negatif akan pekerjaan yang benar menurut pengguna maka akan terus dilakukan kegitan tersebut.

3.  Tidak ada kepercayaan pengguna pada TKI dan Kurangnya skill TKI ketika bekerja. Pelatian skill TKI ketika di Indoneisa tergolong sangat singkat dan padat sehingga kemampuan TKI belum menguasi sepenuhnya skill. Namun skill mereka akan terlatih ketika sudah benar-benar terjun ke lapangan. Kenyataannya pengguna merasa sudah membayar TKI maka mereka tidak tahu menahu masalah proses terasahnya skill yang mereka inginkan adalah kerja bukan lagi latihan. Hal ini lah yang membuat pengguna masih kurang percaya akan kemampuan TKI. Kurangnya pegangan dalam melatih skill yang benar sangatlah terbatas. Biasanya agen di Indonesia dan agen di Taiwan hanya menyediakan buku kosakata dan percakapan manadrin namun tidak dilengkapi buku-buku yang menambah skill mereka dibidang keperawatan. Biasanya antara pengetahuan di Indonesia dengan kenyataan di lapangan sangatlah berbeda. Maka penulis berharap buku ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang skill keperawatan yang sudah diperoleh di Indonesia. Karena penulis terjun langgung menjadi care giver di Taiwan jadi penulis dapat memberikan gambaran nyata tentang keperawatan lansia, perawatan orang lumpuh ataupun perawatan seseorang  sakit di Taiwan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar