Data
terbaru yang peroleh dari website KDEI dalam website www.simpati.kdei-taipei.org,
ditemukan fakta bahwa TKI memiliki aduan paling banyak adalah TKI tidak
harmonis dengan pengguna dan pengaduan nomor dua adalah pekerjaan tidak sama
dengan PK.
Berikut
ini faktor-faktor yang mempengaruhi seorang pekerja tidak harmonis dengan
penggunan namun hal ini perlu digaris bawahi bahwa faktor-faktor ini semua
adalah penulis analisis berdasarkan data dilapangan :
1. Perbedaan
budaya, bahasa dan latar belakang kepribadian
Kemampuan mengeluarkan pemikiran bisa
dilakukan dengan komunikasi verbal, namun jika yang terjadi adalah perbedaan
bahasa. Bayangkan jika pengguna menyuruh kita melakukan sesuatu tapi TKI tidak
paham apa yang harus dilakukan ini akan memunculkan konflik. Kemudian masalah
kebudayaan dan kebiasaan pengguna adalah berbica dengan menggunakan nada yang
penuh dengan hentakan (bahasa mandarin mempunyai 5 nada, beda nada beda arti),
sedangkan kebiasaan dan kebudayaan TKI adalah bertutur kata yang halus dan
lembut serta hanya memiliki satu nada dalam berbicara sehingga anggapan TKI
pengguna sedang membentak dirinya padahal memang begitu cara dan kebiasaan
mereka berkomunikasi. Belum lagi masalah kebudayaan soal kuliner. Kalau
keduanya tidak menyadari adanya perbedaan ini, konflik akan terus terjadi yang
mengakibatkan tidak harmonisan antara TKI dan penggunanya.
2. Persepsi
TKI adalah seseorang yang penurut pada penggunanya (majikan)
Dari sisi TKI, persepsi inilah yang akan
membuat TKI merasa harus bisa menerima semua prilaku yang diberikan oleh
pengguna. Kemudian dari sisi pengguna, persepsi inilah yang dapat memicu
pemberian tugas yang tidak wajar dan tidak ada sisi kekeluarga yang dimunculkan
dalam membina hubungan antara TKI dan penggunanya. Jadi TKI akan memerima semua
tugas yang diberikan pengguna hanya mengeluh dalam hati tanpa mau
mengkomunikasikannya dengan pengguna sedangkan pengguna merasa telah membayar
TKI dan TKI tidak memberikan respon negatif akan pekerjaan yang benar menurut
pengguna maka akan terus dilakukan kegitan tersebut.
3. Tidak ada kepercayaan pengguna
pada TKI dan Kurangnya skill TKI ketika bekerja. Pelatian skill TKI ketika di
Indoneisa tergolong sangat singkat dan padat sehingga kemampuan TKI belum
menguasi sepenuhnya skill. Namun skill mereka akan terlatih ketika sudah
benar-benar terjun ke lapangan. Kenyataannya pengguna merasa sudah membayar TKI
maka mereka tidak tahu menahu masalah proses terasahnya skill yang mereka
inginkan adalah kerja bukan lagi latihan. Hal ini lah yang membuat pengguna
masih kurang percaya akan kemampuan TKI. Kurangnya pegangan dalam melatih skill
yang benar sangatlah terbatas. Biasanya agen di Indonesia dan agen di Taiwan
hanya menyediakan buku kosakata dan percakapan manadrin namun tidak dilengkapi
buku-buku yang menambah skill mereka dibidang keperawatan. Biasanya antara
pengetahuan di Indonesia dengan kenyataan di lapangan sangatlah berbeda. Maka
penulis berharap buku ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang skill
keperawatan yang sudah diperoleh di Indonesia. Karena penulis terjun langgung
menjadi care giver di Taiwan jadi penulis dapat memberikan gambaran nyata
tentang keperawatan lansia, perawatan orang lumpuh ataupun perawatan
seseorang sakit di Taiwan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar